Kenapa Mereka Acuh?

Selasa, 27 Juli 2010 , Posted by GAPTEK at 03.55

Jika Anda datang ke wilayah kami, Anda akan menemukan deretan lembaga pendidikan seperti jamur. Walaupun demikian, pelajar yang mengikuti program pendidikan di setiap lembaga pendidika terbilang memenuhi syarat.

Dari sekian banyak lembaga pendidikan, kualitas pendidikan kurang diperhatikan. Sebabnya, mereka menjadikan lembaga sebagai aji mumpung meraup keuntungan. Ketika ada rapat perlembaga, yang sangat ramai dibicarakan adalah masalah perolehan BOS, Fungsional, Gaji Guru Tidak Tetap, Gaji Guru Tetap, dan semua yang berhubungan dengan keuangan. Jarang dan sangat jarang membicarakan masalah kualitas.

Yang sangat menyedihkan lagi, pelajar yang masuk di suatu lembaga pendidikan masuk secara paksa. Ketika mereka membangkang, ada saja ancaman yang diberikan. Selain itu, faktor tokoh yang di sebut kiyai menjadi salah satu pertimbangan. Kami sering menemukan tindakan pelanggaran hukum, tetapi, masyarakat tidak berani menentang. Alasannya, mereka terlalu suci untuk dipersalahkan.

Kasus lainnya, ketika di sebuah lembaga terdapat lembaga pendidikan yang lebih tinggi. Ijasah para murid tidak diberikan. Alasannya, jika ijasah diberikan mereka bisa berpindah lembaga dan lembaga mereka kekurangan murid. Lebih tepatnya, mereka takut kehilangan murid karena berpindah lembaga. Mereka tidak peduli apakah kualitas pendidikan yang dikelola memenuhi standard atau lainnya. Bagi mereka, murid adalah segala-galanya.

Akibat dari sikap para pemegang kendali pendidikan yang eman terhadap murid adalah terlahirnya mirid-murid yang kurang pekerti. Merka dengan leluasa mengeluarkan baju, menyemir rambut, memasang anting bagi laki-laki dan sebagainya. Bahkan, tidak jarang sering terjadi perkelahian antara murid dan guru.

Oleh karena kurang stabilnya sistem pengelolaan lembaga pendidikan, pelajar yang telah berada di luar sekolah bertindak tidak wajar. Perkelahian, kasus pelecehan, pemerkosaan, hamil di luar nikah, nyabu, pencurian, dan lainnya menjadi ciri khas tersendiri. Dan semua itu dianggap sebagai sesuatu yang wajar.

Tokoh-tokoh masyarakat kurang mempertimbangkan akibat dari kejadian-kejadian buruk tersebut. Mereka merasa takut jika rakyat tidak memihak. Mereka khawatir jika salam tempel kepada mereka berkurang sehingga mereka kekurangan makan.

Hampir di setiap lembaga pendidikan saling berlomba-lomba membuat proposal permohonan pengajuan dana pembangungan. Data yang mereka tulis tabu dan hanya untuk memenuhi standart proposal. Upaya mereka itu lebih pada sikap pengayaan diri. Karena yang melakukan adalah para manusia berjubah dan berkopyah putih, hal itu kurang mendapat pantauan dari pemerintah. Yang terjadi, masyarakat semakin bodoh dan terbelakang.

Keadaan masyarakat yang terbelakang menjadi ajang untung. Alasan keadaan masyarakat menjadi senjata ampuh untuk merayu uang masuk ke kantong, dalihnya sangat gampang, demi kemanusiaan.

GAPTEK hadir di tengah-tengah dilema kehidupan yang pelik. Kami telah mencoba unuk merangkul pemerintahan, mereka acuh-tak acuh. Mereka menganggap usaha yang kami lakukan hanya membuang tenaga dan uang. Mereka tidak dapat menemukan keuntungan besar berupa materi, malah mereka di tuntut untuk rugi karena harus berjuang demi rakyat.

Kenapa mereka acuh terhadap kami, para pelajar ini? Apakah kami ini mereka anggap sebagai bayi yang tidak mungkin tumbuh dewasa kelak. Apakah mereka lupa bahwa masa depan berada di pundak kami semua. Sampai kapan semua ini akan kami alami?

Gerakan Pelajar yang kami lakukan ini hingga kini belum bisa menyentuh hati para tokoh dan pemerintah. Kami harus sering berkumpul untuk saling menguatkan. Menggunakan perangkat yang ada untuk hasil pendidikan yang maksimal.








StumpleUpon DiggIt! Del.icio.us Blinklist YahooTechnorati Simpy Spurl Reddit Google Twitter FaceBook

Buzz Facebook Digg twitter

Currently have 1 komentar:

Leave a Reply

Posting Komentar